“EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE ( TPR ) TERHADAP SPEECH, ACTION AND MOTOR ANAK AUTIS DI SLBN GEDANGAN SIDOARJO”



LOGO FIX








                                                                                                                                        




JUDUL PENELITIAN :
“EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE ( TPR ) TERHADAP SPEECH, ACTION AND MOTOR ANAK AUTIS DI SLBN GEDANGAN SIDOARJO”

BIDANG KEGIATAN:
PENELITIA
N


Hilda Nur Widyawati   NIM 15010044033/2015

 
 
Diusulkan oleh:



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
2017



1.1  Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (http://eprints.dinus.ac.id, 2017)
Pendidikan juga sebagai kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan segala potensi yang ada pada diri manusia dapat tumbuh dan berkembang. Dengan begitu, kemampuan tersebut dapat digali dan di manfaatkan dengan baik.
Menurut Slameto,dkk (1999) Belajar adalah proses orang yang mencoba untuk mendapatkan perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Belajar diperlukan agar peserta didik tidak hanya dimanfaatkan oleh pihak lain tetapi dapat memanfaatkan teknologi informasi tersebut untuk kesejahteraan bersama. Pemanfaatan media komunikasi dan informasi tidak lepas dari penggunaan bahasa, karena berbahasa menjadi tuntutan utama untuk dapat berkomunikasi dan mendapatkan informasi secara efektif.
Begitu juga dalam Pendidikan Khusus, menurut Frieda Mangunsong (2009) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal : ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas, sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau kapasitasnya secara maksimal. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampikan pesan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Oleh karena itu, bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap anak berkebutuhan khusus diwajibkan untuk mendapatkan pendidikan berbahasa dan berkomunikasi seperti anak normal pada umumnya. Dengan bahasa, anak dapat memahami dan mengerti maksud dan tujuan orang berkomunikasi. Di Indonesia, ada beberapa bahasa yang diajarkan di sekolah, salah satunya adalah bahasa Inggris. Dalam kaitannya dengan  pendidikan, pengetahuan dan berkomunikasi nantinya dapat mendorong anak berkebutuhan khusus lebih maju dan tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain. Sehubungan dengan itu, dalam Pendidikan Luar Biasa anak berkebutuhan khusus diberikan materi berkomunikasi menggunakan bahasa asing yakni Bahasa Inggris.
Bahasa Inggris diajarkan kepada anak berkebutuhan khusus dengan tujuan memberikan wawasan yang luas mengenai bahasa asing, mengenalkan bahasa yang luas dan efektif yang digunakan di dunia. Untuk hal itu diperlukan peran seorang guru agar terciptanya siswa yang berkompetensi dan mahir dalam berbahsa inggris.
Sebagian besar anak berkebutuhan khusus memiliki potensi menguasai bahasa inggris dengan metode apapun dengan menggunakan visual, maupun auditory. Tetapi untuk anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan pemusatan perhatiannya sulit untuk diberikan pendidikan bahasa inggris. Menurut Danuatmaja (2003:2) Autis merupakan suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf”. Kerusakan saraf ini dapat mengganggu perkembangan dan keterlambatan anak dalam bidang kognitif, perilaku, interaksi sosial, komunikasi dan bahasa. Selain itu juga dapat mengganggu emosi dan persepsi sensori bahkan pada aspek motorik anak autis. Biasanya anak kurang berminat untuk melakukan kontak sosial dan kontak mata, dan juga memiliki ciri yang nampak pada gangguan perilaku. Danuatmaja (2003:25) mendefinisikan perilaku sebagai “segala sesuatu yang dapat dikerjakan atau dapat dilakukan, dan sesuatu yang dapat dirasakan maupun didengar oleh diri kita sendiri maupun orang lain”. Perilaku yang terjadi pada anak autis berbeda dengan yang dimiliki oleh anak normal pada umumnya. Anak autis memiliki perilaku yang pasif atau bisa disebut dengan berkekurangan dan bahkan anak autis juga memiliki perilaku yang aktif biasa disebut dengan perilaku berlebihan, seperti perilaku tantrum dan perilaku hiperaktif (Handojo, 2003:13). Perilaku hiperaktif menunjukkan adanya pola perilaku yang berlebihan dan menetap pada seorang anak, antara lain tidak mau diam, tidak bisa konsentrasi, dan bertindak semaunya sendiri atau impulsif sehingga anak autis sulit untuk mengekspresikan dirinya dengan orang lain (Handojo, 2003:20).
Pada anak autis, juga memiliki hambatan dalam berbahasa, tindakan dan aktifitas fisik motornya. Menurut Soejono ( 1983:01) Bahasa ialah suatu sarana perhubungan rohani yang teramat penting dalam hidup bersama. Dalam berbahasa, anak autis mengalami hambatan dalam berkomunikasi akibat dari ketidak fokusannya dalam kehidupan sehari-hari. selain itu anak autis juga memiliki hambatan dalam tindakannya, anak autis lebih cendurung bersifat hiperaktif, jika permasalahan tersebut tidak segera ditanangani maka akan mengganggu aktivitas anak dalam belajarnya. Anak tidak mengerjakan tugas yang diintruksikan oleh gurunya, maka program pembelajaran pada anak tidak dapat tersampaikan dengan baik dan efektif. Selain itu dapat menyebabkan perilaku hiperaktif anak akan terus melekat dan tidak ada perubahan dalam penurunan perilaku, dan hal ini menggganggu aktivitas anak di lingkungan luar sekolah juga, baik di rumah maupun di masyarakat. Yang terakhir, anak autis juga mengalami hambatan dalam hal aktifitas motornya, pada dasarnya gerakan lokomotor adalah gerakan berpindah tempat, dimana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat. Sedangkan pada anak autis mengalami hambatan tersebut karena mereka memiliki karakteristik gangguan pada interaksi sosialnya dengan sekitar.
Untuk anak autis, pembelajaran dapat menggunakan metode Total Physical Response (TPR),TPR sendiri adalah sebuah metode pengajaran bahasa yang dibangun untuk mengkoordinasikan ucapan dan tindakan. Metode ini mencoba untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik motor). Jadi, metode ini adalah metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (Speech) dangerak (action) dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor). Sedangkan menurut Larsen dan Diane dalam Technique and Principles in Language Teaching, TPR atau disebut juga ”the comprehension approach” atau pendekatan pemahaman yaitu suatu metode pendekatan bahasa asing dengan instruksi atau perintah. TPR juga menggabungkan makna kata dari bahasa inggris dengan tindakan, gambar dan objek. Metode TPR ini sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan sehingga dapat menghilangkan stress pada peserta didik karena masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode TPR ini banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain: a. Latihan dengan menggunakan perintah (Imperative Drill ), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa, b. Dialog atau percakapan (conversational dialogue), c.Bermain peran (Role Play), dapat dipusatkan pada aktivitas sehari-hari seperti di sekolah, restoran, pasar, d.Presentasi dengan OHP atau LCD, e.Aktivitas membaca (Reading) dan menulis (Writing) untuk menambah perbendaharaan kata (vocabularies) dan juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya.
Nasution (2005: 7) menyatakan bahwa dalam kenyataan kebanyakan proses belajar mengajar masih dilakukan secara klasikal. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya bersifat umum atau tidak spesifik dan cenderung pasif. Melalui penerapan metode Total Physical Response ini diharapkan kemampuan Active English anak autis dapat dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut, setelah diamati adapun keterbatasan memusatkan perhatiannya terhadap suatu hal dan penguasaan materi, penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana keefektivan penerapan metode Total Physical Response (TPR) terhadap Speech, Action and Motor Anak Autis di SLBN GEDANGAN SIDOARJO sangat terbatas dalam pengembangan kemampuan berbahasa,aktifitias fisik dan interaksi sosial.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengaruh keefektivan penerapan metode Total Physical Response (TPR) terhadap Speech, Action and Motor anak Autis di SLBN GEDANGAN SIDOARJO ?

1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditarik tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1.      Menguji keefektivan penerapan metode Total Physical Response (TPR) terhadap Speech, Action and Motor anak Autis di SLBN GEDANGAN SIDOARJO.

1.4  Manfaat Penelitian
a.       Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan keilmuan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan pada bidang Pendidikan Luar Biasa.

b.      Manfaat Praktis
·         Bagi Siswa
Diharapkan siswa autis dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, aktivitas fisik dan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar melalui metode Total Physical Response (TPR).
·         Bagi Guru
Diharapkan pendidik dapat meggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi dalam meningkatkan kemampuan bicara dan kognitif peserta didik, serta memberikan penanganan yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus.
·         Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini dapat memahami lebih dalam mengenai gangguan spektrum autisme dan perkembangan berbahasa, sosial maupun motornya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Yang Terdahulu
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan bahwa masih belum ditemukan penelitian yang sama dengan judul yang diangkat. Adapun jurnal yang terdahulu yang juga membahas metode Total Physical Response sebagai berikut :
Tabel 1.1 penelitian yang terdahulu
No
Judul dari jurnal yang terdahulu serta judul penelitian ini
Penerapan Metode Total Physical Response (TPR)
Objek
Subjek
1.
Efektifitas Metode Pembelajaran Total Physical Response (TPR) dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris bagi Siswa Tunanetra Kelas VII di SLB A Kota Payakumbuh” oleh Aulia Rahman (ejournal.unp.ac.id).
Penggunaan metode Total Physical Response (TPR) pada jurnal ini mmenggunakan cara-cara asli metode TPR tanpa tambahan dalam pelaksanaannya.
Kosa Kata
Anak Tunanetra
2.
penelitian skripsi tahun 2014 Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya Andry Tri Wibowo yang diterbitkan pada Jurnal Pendidikan Khusus yang mana dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode Total Physical Response (TPR) Terhadap Kualitas Berbahasa Inggris Anak Tunanetra di SMPLB-A YPAB Gebang Surabaya.
Penggunaan metode Total Physical Response (TPR) pada penelitian skripsi ini mmenggunakan cara-cara asli metode TPR tanpa tambahan dalam pelaksanaannya
Kosa Kata
Anaka Tunanetra
3.
Efektifitas penerapan Metode Total Physical Response (TPR) terhadap listing dan speaking terhadap listening dan speaking anak tunagrahita ringan di SLB Negeri Gedangan.
Penggunaan metode Total Physical Response (TPR) pada penelitian  ini mmenggunakan cara-cara asli metode TPR dengan ditambahankan penayangang dengan video dalam pelaksanaannya.
Listening dan speaking
Anak Tunagrahita
                       
                        Hal tersebut jelas berbeda dari judul yang diangkat yang mana dari penelitian-penelitian yang terdahulu lebih menekankan penelitiannya untuk menguji keefektifan metode Total Physical Response (TPR) untuk kemampuan berbahasa, interaksi sosial, dan kegaiatan motornya dengan menggunakan  vocabulary pada bahasa inggris dan subjek yang dituju yaitu anaktunanetra. Namun dalam penelitian ini menenekan pada keefektifan metode Total Physical Response (TPR) ini untuk listening dan speaking dan subjek yang dituju pun berbeda yaitu anak dengan gangguan spektrum autis.

2.2 Kajian Teori
Autis adalah gangguan perkembangan perpasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, dan interaksi sosial. Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis berat yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Safaria (2005: 1), memaparkan bahwa Kenner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktifitas bermain yang repetitif dan stereotif, ingatan yang sangat kuat.


Menurut Handojo (2004: 24), beberapa karekteristik dari perilaku autisme pada anak-anak antara lain :
1.      Bahasa atau komunikasi :
a.       Ekspresi wajah yang datar

b.      Tidak menggunakan bahasa /isyarat tubuh

c.       Jarang memulai dengan komunikasi

d.      Tidak meniru aksi atau suara

e.       Bicara sedikit, atau tidak ada

f.       Intonasi atau ritme vokal yang aneh

g.      Tampak tidak mengerti arti kata

h.      Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas

2.      Hubungan dengan orang lain :

a.       Tidak responsif

b.      Tidak ada senyum sosial

c.       Tidak berkomunikasi dengan mata

d.      Kontak mata terbatas

e.       Tampak asyik bila dibiarkan sendiri

f.       Tidak melakukan permainan giliran

g.      Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat


3.      Respon terhadap indera atau sensoris :

a.       Kadang panik terhadap suara-suara tertentu

b.      Sangat sensitif terhadap suara

c.       Bermain-main dengan cahaya dan pantulan

d.      Memainkan jari-jari di depan mata

e.       Menarik diri ketika disentuh

f.       Tertarik pada pola dan tekstur tertentu

g.      Sangat in aktif atau hiperaktif

h.      Seringkali memutar-mutar, membentur-bentur kepala, menggingit pergelangan
i.        Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan
j.        Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa anak dengan gangguan spektrum autis mengalami banyak hambatan dan salah satunya adalah gangguan pada berbahasa, interaksi dengan sekitar dan gerak motorik anak. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut perlu diberikannya suatu intervensi agar anak dapat mengaktualisasikan dirinya dengan sekitar, sehingga anak dapat berbahsa, berinteraksi sosial, dan mengembangankan kemampuan motor seorang anak autis. Berdasarkan hal ini, anak autis dapat diintervensi dengan menggunakan metode TPR ( Total Physical Response).
Menurut Richards J dalam bukunya Approaches and Methods in Language Teaching, TPR didefinisikan: “a language teaching method built around the coordination of speech and action; it attempts to teach language through physical (motor) activity”. Jadi metode TPR (Total Physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor). Sedangkan menurut Larsen dan Diane dalam Technique and Principles in Language Teaching, TPR atau disebut juga ”the comprehension approach” atau pendekatan pemahaman yaitu suatu metode pendekatan bahasa asing dengan instruksi atau perintah. Metode ini dikembangkan oleh seorang professor psikologi di Universitas San Jose California yang bernama Prof. Dr. James J. Asher yang telah sukses dalam pengembangan metode ini pada pembelajaran bahasa asing pada anak-anak. Ia berpendapat bahwa pengucapan langsung pada anak atau siswa mengandung suatu perintah, dan selanjutnya anak atau siswa akan merespon kepada fisiknya sebelum mereka memulai untuk menghasilkan respon verbal atau ucapan.
Metode TPR ini sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan sehingga dapat menghilangkan stress pada peserta didik karena masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Makna atau arti dari bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi.




BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian
Permasalahan yang akan dikaji merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan study kasus mendalam sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas.
-          Penelitian Kualitatif
Secara teoritis format penelitian kualitatif berbeda dengan format penelitian kuantitatif. Perbedaan tersebut terletak pada kesulitan dalam membuat desain penelitian kualitatif, karena pada umumnya penelitian kualitatif yang tidak berpola.

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89).
Selanjutnya peneliti akan memberikan gambaran dengan secara cermat tentang gambaran siswa berkebutuhan khusus serta target yang akan diterapkan serta gambaran penerapan yang akan diterapkan kepada anak berkebutuhan khusus tersebut.
Selanjutnya penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007:4) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Selanjutnya dijelaskan oleh David Williams (1995) seperti yang dikutip Moleong (2007:5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sample. Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85). Selanjutnya menurut Arikunto (2010:183) pemilihan sampel secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut :

a.             Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b.                  Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).

c.                   Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
·            Lokasi Penelitian : SLBN Gedangan Sidoarjo
·            Sumber Data :
o    Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung (Arikunto, 2010:22).
Sumber Primer     : Siswa – siswi SLBN Gedangan Sidoarjo, Guru, Kepala sekolah, guru pamong, psikologi dan konselor.

o    Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan,SMS, foto dan lain-lain (Arikunto, 2010:22).
Sumber Sekunder            : Buku, dokumen informan, responden populasi, sampel, subjek penelitian dan informan.
·         Data Kualitatif : - Hasil pengukuran, pengamatan, wawancara, dokumentasi dan lain-lain.


3.3 Instrumen Pengumpulan Data
a. Nama Program : “EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE ( TPR ) TERHADAP SPEECH, ACTION AND MOTOR ANAK AUTIS DI SLBN GEDANGAN SIDOARJO”
b. Bentuk : Pemberian tugas, tes, dan soal latihan.
c. Karakteristik : - Menjelaskan tentang ciri anak autis dan metode TPR yang akan diterapkan 
d. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat awal, perkembangan serta hasil akhir yang dimiliki anak serta untuk menguji keefektivitan metode TPR ini untuk pembelajaran anak autis di SLBN Gedangan Sidoarjo.

3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara.

1.      Observasi
Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan.
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, peneliti memilih observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan memberikan stimulus terhadap anak berkebutan khusus di SDN Percobaan Surabaya.
Sehingga peneliti dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan dan juga untuk mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus tersebut sehingga mudah untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2.      Wawancara
Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview).
Namun disini peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi, Sulistyo-Basuki (2006:173).
Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik penelitian.

3.      Studi Pustaka
      Yaitu Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan media lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.

4.      Dokumentasi
Dokumen menurut Sugiyono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai siswa berkebutuhan khusus serta data sekolah . Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto.


3.5 Teknik Analisis Data
Analisis  data  kualitatif  menurut  Bognan  &  Biklen  (1982) sebagaimana dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain.
McDrury ( Collaborative Group Analysis of Data, 1999 ) seperti yang dikutip Moleong (2007:248) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

a.      Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.
b.      Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.
c.      Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.
d.     Koding yang telah dilakukan.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi obyek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut.

Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata- kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.

Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan-satuan yang kemudian dikelompokkan dengan berdasarkan taksonomi dari domain penelitian. Analisis Domain menurut Sugiyono (2009:255), adalah memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. Peneliti memperoleh domain ini dengan cara melakukan pertanyaan grand dan minitour. Sementara itu, domain sangat penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Mengenai analisis taksonomi yaitu dengan memilih domain kemudian dijabarkan menjadi lebih terinci, sehingga dapat diketahui struktur internalnya.







Komentar

Postingan Populer