RPS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ABK PERTEMUAN 1 - 16



PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
“RPS Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi ABK”
Dosen pengampu : Dr. Yuliyati, M.Pd















Disusun oleh :
Hilda Nur Widyawati             15010044033

PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017


Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan ke-  1
A.    Pengertian Teori
Cohen R mendefinisikan teori sebagai satu set pernyataan sejagat yang ada pertalian antara satu sama lain. Ia mengandungi definisi dan pernyataan yang menggambarkanpertalian antara dua perkara yang dianggap benar. Ia juga mengandungi ayat-ayat yang menggambarkan peraturan bagi membentuk satu pernyataan baru.

B.     Pengertian Belajar
Bagi Norman, belajar dan menghapal itu berhubungan erat, dengan catatan bahwa belajar bukan hanya menghapal tetapi melibatkan kemampuan untuk menampilkan suatu tugas dengan keterampilan. Dalam bukunya Learningand Memory, Norman (dalam Hergenhahn dan Olson, 1993) mengatakan, “Sayamenggunakan istilah belajar untuk menunjuk pada kegiatan untuk mempelajari secara sengaja hakikat khusus tentang sesuatu, sehingga dapat digali kembali ketika dikehendaki dan digunakan dengan keterampilan. Belajar melibatkan menghapal yang bertujuan dan penampilan yang terampil.”
Di samping itu Norman pun melihat bahwa belajar bukan hanya merupakan sebuah proses otomatis. Dengan demikian ia ingin mengatakan bahwa konsep dan hakikat belajar yang dikatakan sebagai terjadi otomatis ketika respons diikuti hasil yang diinginkan, tidak dapat dibenarkan. Konsep demikiansecara jelas mengabaikan kepentingan hubungan sebab akibat (causal relationships) antara aksi (respon) dan hasilnya. Baginya bagian terpenting dari hasil belajar adalah informasinya dari hasil itu, sehingga bertindak sebagai tanda bagi orang yang bersangkutan tentang hasil dan tindakannya.Norman menyimpulkan pikirannya tentang belajar dalam tiga hukum belajar, yang kesemuanya menekankan hubungan sebab-akibat antara aksi dan hasil.

C.    Pengertian Teori Belajar
Teori belajar adalah hipotesis-hipotesis oleh ahli-ahli Psikologi tentang maksudpembelajaran, bagaimana ia berlaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran.


D.    Pengertian Teori Belajar
Teori belajar adalah hipotesis-hipotesis oleh ahli-ahli Psikologi tentang maksudpembelajaran, bagaimana ia berlaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran.

E.     Fungsi Teori Belajar
1)      Mendorong kaji selidik dan pemikiran saintifik.
-           Pendekatan kepada satu bidang pengetahuan, memberi panduan kepada:
·      Apa yang harus dikaji
·      Pemboleh ubah yang terlibat
·      Teknik kajian
·      Cara menghuraikan hasil kajian
2 ) Menghuraikan perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum-hukum pembelajaran dengan seberapa mudah dan ringkas.
3 ) Menghurai dan memberi kesimpulan tentang erti pembelajaran, bagaimana ia berlaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
F.     Jenis – Jenis Teori Belajar
a.       Behavioristik
      Teori pembelajaran Behaviorisme mengatakan bahawa pembelajaran merupakan satu proses pelaziman, dimana hubungan antara rangsangan luar dengan tindak balas individu dapat dibina untuk menghasilkan perubahan tingkah laku yang tekal. Tokoh-tokoh mazhab behavioris seperti Pavlov, Thorndike dan Skinner berpendapat bahawa pembelajaran merupakan suatu tingkah laku yang boleh diperhatikan, dikawal dan diramal.
      Dari perspektif behaviorisme, pembelajaran hanya bermula apabila wujudnya tindak balas terhadap suatu rangsangan yang diberi. Proses pembelajaran akan diteruskan jika terdapat motivasi ekstrinsik yang sesuai (sama ada peneguhan positif atau negatif) sementara pembelajaran dikatakan berakhir apabila perubahan tingkah laku dapat dibentuk dan dikekalkan.
      Behaviorisme merupakan satu pendekatan pemikiran yang menekankan peranan pengalaman dalam mengawal tingkahlaku. Menurut ahli-ahli behaviorisme, proses-proses penting yang mengawal tingkahlaku ini adalah dipelajari. Kedua-duanya, yaitu dorongan yangmembangkitkan tingkahlaku serta tingkahlaku tertentu yang dibangkitkan daripada dorongan ini dipelajari melalui interaksi dengan persekitaran. Antara matlamat yang utama pemikiran ini ialah untuk menentukan hukum-hukum ataupun prinsip-prinsip yang mengawal pembelajaran. Antara tokoh-tokoh ahli behaviorisme yang terkemuka, yang akan dibincangkan di sini ialah Ivan Pavlov, J.B. Watson, E.L. Thorndike dan B.F. Skinner. Eksperimen-eksperimen yang mereka jalankan menjadi asas kepada prinsip dan idea mereka tentang pembelajaran.
Pelaziman klasik : tokoh – Ivan Pavlov dan J.B.Watson
Pelaziman operan : tokoh – E.L Thorndike dan B.F. Skinner.
Di dalam pembincangan ini, fokus akan diberi kepada pelaziman klasik dan diikutu dengan pelaziman operan.

b.      Nativisme
      Aliran ini mengatakan bahwa sumber pengetahuan berasal dari bawaan lahir. Tokoh aliran ini adalah Plato dan Rene Descartes.Palto mengemukakan bahwa pengetahuan telah dimiliki manusia sejak lahir. Apa yang diketahui manusia setelah lahir merupakan apa yang telah ia kenal sebelumdilahirkan.      SedangkanRene Descartes mengatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan yang benar dengan rasio atau akal.

c.       Mentalisme
      Chomsky (1965) mengkritik teori behaviorisme Skinner, dimana dia menyatakan yang mampu memikul tanggung jawab tingkah laku bahasa hanyalah kemampuan bawaan (inner comprehension). Teorinya sendiri adalah Languange Acquisition Device yang akan menentukan seseorang untuk membuat hipotesis tentang struktur bahasa umum dan struktur bahasa yang sedang dipelajari secara khusus. Indikator utamanya adalah kompetensi dan performansi. (Chomsky, 1965:4). Kompetensi adalah pengetahuan pembelajar mengenai bahasa yang digunakannya, sedangkan performansi adalah penggunaan bahasa tersebut dalam situasi yang konkret. Alat pemerolehan bahasa ini menyebabkan pembelajar memiliki kemampuan untuk membuat hipotesis tentang struktur bahasa umum dan struktur bahasa yang sedang dipelajari secara khusus. Lennenberg (1967) berpendapat bahwa bahasa merupakan species specific dengan cara tertentu dalam perilaku bahasa yang ditentukan secara biologis. Jadi bahasa merupakan mekanisme bawaan (innate) yang memungkinkan pembelajar memformulasikan system bahasa secara abstrak.

d.      Kognitivisme
      Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Karakteristik teori kognitiv adalah lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Tokoh teori kognitif adalah  Jean Piaget,  dan teorinya disebut “Cognitive Developmental”. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi tiga tahap:
·         Tahap sensory – motor
·         Tahap pre – operational
·         Tahap concrete – operational
e.       Humanisme
      Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relatif masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup danterus-menerus mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat positif tentang manusia. Dalam aliran humanistik terdapat teori yang relevan dengan psikologi pendidikan, dan diakhiri dengan aplikasi psikologi humanistik dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran.

f.       Fungsianalisme
      Dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan hal yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar sebuah sistem bisa bertahan, yaitu:
1.                Adaptasi (Adaptation)
2.                Pencapaian Tujuan (Goal Attaintment)
3.                Integrasi (Integration)
4.                Pemeliharaan Pola (Latensi)

g.      Konstruktivisme
      Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
      Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).



Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan ke- 2
Pendekatan PBI    
 Terdapat beberapa jenis dan karakteristik pendekatan PBI antara lain:
1.      Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan latar. Tugas guru mendorong siswa menghubungkan pengetahuan latarnya dengan pengalaman hidup nyata sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. (Nurhadi, 2002, Muslih, 2007). Lebih jauh COR (Center for Occupational Research) menjabarkan konsep CTL menjadi lima konsep bawahan dan disingkat menadi REACT, yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring.

2.       Pendekatan Komunikatif
 Pendekatan komunikatif adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada aspek komunikasi sesuai fungsi bahasa yang beragam. Untuk melaksanakan komunikasi diperlukan pemahaman konteks sesuai fungsi penggunaan bahasa. Ciri utama pendekatan komunikatif adalah  adanya dua kegiatan yang saling berkaitan, yaitu kegiatan-kegiatan  komunikasi fungsional dan kegiatan- kegiatan interaksi sosial. Kegiatan-kegiatan komunikasi fungsional meliputi mengolah informasi, berbagi dan mengolah informasi, berbagi informasi dengan kerja terbatas, dan berbagi informasi dengan kerja sama tak terbatas, aneka simulasi, dialog, dan bermain peran, sidang konversasi dan diskusi, dan berdebat.
3.      Pendekatan Tematis-Integratif
 Pendekatan tematis dalam pembelajaran bahasa pada intinya berisi konsep bahwa materi/ bahan yang dipersiapkan harus membentuk pengalaman belajar yang utuh dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan pengalaman yang utuh tersebut materi pelajaran yang disajikan diuntai dengan tema tertentu.
 Pendekatan integratif atau terpadu mengarahkan pembelajaran pada prinsip keberimbangan subaspek berbahasa, bersastra (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dan dilaksanakan  secara terpadu (terintegrasi antar keterampilan berbahasa, bersastra, dan materi kebahasaan).  Terdapat 10 model pemaduan pembelajaran,  tiga model yang biasa digunakan  dalam melaksanakan pembelajaran yaitu (1) model  terhubung, (2) terpumpun. (3) terpadu.  Pada model terhubung antar topik yang berbeda, materi berbeda, matapelajaran berbeda diuntai dalam satu unit terkait sehingga terjadi kesinambungan.
  
4.      Pendekatan Holistik/Whole Language
Pendekatan holistik adalah suatu cara pandang bahwa pembelajaran akan berhasil baik jika guru memahami secara menyeluruh segala hal/sesuatu yang terkait dengan pembelajaran. Untuk memahami problem membaca dan menulis siswa dan menemukan kebutuhan belajarnya, guru harus memeriksa secara menyeluruhberbagai faktor yang saling berhubungan terhadap keberhahasilan dan kegagalan membaca dan menulis dsb.
Lima ciri utama yang membedakan pendekatan holistik dengan pendekatan lain dalam pembelajaran membaca dan menulis, yaitu (1) membacakan literatur bagi siswa setiap hari dan tersedia bacaan bagi siswa, (2) memberi waktu setiap hari untuk membaca dalam  program “semua baca” atau Sustaining silent Reading  (SSR); (3) memberikan kesempatan setiap hari kepada siswa untuk membaca dan menulis untuk tujuan nyata, (4) pengajaran keterampilan membaca dan menulis dalam konteks, dan (5) memadukan kurikulum untuk mengembangkan keberwacanaan lintas bidang studi.

5.       Pendekatan Proses
Prinsip utama pendekatan proses  adalah pembelajaran bahasa merupakan proses berpikir dan proses beraktivitas. Proses berpikir mencakup proses menggambarkan, memaknai, memilah, memaparkan pengertian dalam berbagai bentuk.



Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan ke- 3
HAKIKAT BAHASA
Hakikat bahasa mencakup beberapa hal, diantaranya adalah bahasa sebagai :
a)      Sistem
Sebagai sistem pada dasarnya bahasa adalah sistem semiotis yang meng-andaikan adanya hubungan antara sistem tanda dengan penutur, konteks pemakaian, dan konteks budaya (Aminuddin, 1997). Sebagai sistem komponen-komponen, bahasa tulis dipandang sebagai kesatuan hubungan yang saling tergantung dalam mengembangkan keterampilan membaca dan menulis. Komponen sistemis tersebut merupakan penanda kunci bahasa yang meliputi penanda grapofonik, penanda sintaksis, penanda semantis, dan penanda pragmatik (Rhodes & Marling, 1988).  Penanda grafoponik mengacu pada tanda-tanda kunci berkenaan dengan tulisan/grafis, yaitu: bentuk huruf, urutan penulisan huruf, dan bunyinya. Penanda sintaksis mengacu pada tanda-tanda kunci yang berkaitan dengan pembentukan kata dan aturan penempatan kata dalam kalimat atau struktur kalimat. Kunci semantik mengacu pada penge-tahuan yang disepakati oleh pembaca dan penulis tentang berbagai hal di dunia serta cara melukiskan kesepakatan tersebut dalam bentuk bahasa. Dalam arti, pengetahuan tentang perbendaharaan kata dan konsep yang diwakili oleh kata tersebut serta bagaimana konsep itu diorganisasikan menjadi struktur pengeta-huan tentang dunia ini.  Kunci pragmatik mengacu pada tanda-tanda kunci yang berkaitan dengan aturan pemakaian bahasa dalam konteks.
                                                                
b)     Proses
Bahasa sebagai proses mengacu pada pemahaman bahwa pembaca dan penulis untuk memahami bacaan perlu proses penggunaan secara simultan penanda bahasa (grafoponik, sintaksis, semantik, dan pragmatik) dengan pengetahuan penutur tentang ragam dan fungsi bahasa sesuai dengan konteks pemakaiannya dalam masyarakat. Dalam proses tersebut, variasi strategi berpikir digunakan pembaca. Strategi tersebut meliputi prediksi, konfirmasi, dan integrasi.


c.) Fungsi, ragam dan keterampilan
Fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional meliputi: lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas nasional, pemersatu, dan penghubung. Sebagai bahasa negara fungsinya sebagai bahasa resmi negara, pengantar, penghubung tingkat nasional, pengembang budaya. Fungsi bahasa secara umum sebagai alat komunikasi. Menurut teori relajar fungsional   wujud bahasa bukan kalimat tetapi sebagai teks/wacana. Sebagai teks, bahasa memiliki  tiga tataran fungsí yang berhubungan secara sistemis, yakni fungsi :
·         Ideasional
Fungsi ideasional mengacu pada fungsi bahasa sebagai ekspresi pengalaman dan gagasan penutur dalam menanggapi dunia kehidupan secara eksternal maupun internal
·         Interpersonal
Fungsi interpersonal mengacu pada peran bahasa saling berganti peran dalam berkomunikasi

·         Textual
Fungsi tekstual mengacu pada konfigurasi struktur teks sebagai representasi makna

Ragam bahasa terjadi karena masyarakat penutur sangat beragam. Ragam bahasa terjadi karena faktor geografi (dialek), sosiologis (slang, jargon, dan kolokial), fungsi (berita, reportase, telegram,  bahasa hukum, bahasa pedagang, surat, dsb. kebakuan (formal, konsultatif, kasual, intim, dan beku/bacaan sholat, doa, mantra.)
d. ) Prinsip Pembelajaran Berbahasa
Membaca dan menulis berkembang sejalan dengan pengalaman berbahasa siswa dalam variasi ekspresi keterampilan berbahasa, yakni berbicara, menyimak, membaca, menulis, bernalar, dan representasi visual (Definisi Ulang Standar Keterampilan Berbahasa Inggris, 1996). Untuk pemahaman lebih jauh tentang cara anak mengembangkan keterampilan belajar membaca dan menulis, berikut ini dibahas tujuh prinsip belajar bahasa yang dikemukakan oleh Rhodes & Marling (1988).
·      Anak-anak belajar bahasa dengan menggunakan bahasa. Artinya pembelajaran membaca dan menulis harus dilakukan dengan aktivitas membaca dan menulis langsung sebanyak mungkin dengan variasi latar dan tujuan, serta didukung dengan lingkungan yang kaya tulisan.
·        Fokus pembelajaran bahasa adalah kebermaknaan dan fungsi sosial dari pada bentuk. Anak belajar bahasa dipandu prinsip fungsi komunikasi bahasa (Snow, 1984). Artinya, anak belajar bahasa untuk memenuhi kebutuhan autentik. Bentuk bahasa dimiliki anak setelah fungsi komunikasi mereka  terpenuhi.  Orang tua mendorong fungsi perkembangan meliputi bentuk dengan merespons makna dan fungsi dari bahasa anak-mereka, secara luas mengabaikan bentuk (Cross, 1984, Lindfors, 1980).
·      Belajar bahasa secara pribadi penting, berdasarkan kenyataan dan bebas dari kecemasan. Anak cenderung menggunakan bahasa lisan dalam situasi di mana mereka nyaman. Sewaktu orang dan lingkungan familiar, anak secara bebas mengekspresikan makna. Kenyamanan menimbulkan pengambilan resiko.
·      Anak-anak  belajar  menggunakan  bahasa dalam  suatu  variasi luas untuk variasi  bahasa mereka sesuai dengan konteks yang terjadi. Anak kecil belajar berbicara berdasarkan pada fisik dan konteks situasi, mencakup gestur, nada bentuk, dan sebagainya  memberikan data  yang diperlukan  anak dalam  memahami  sekitar  bahasa  mereka.
·      Pengetahuan aturan bahasa secara luas intuitif. Anak mengabstraksi aturan dari data bahasa sekitar mereka dan menyampaikan aturan tersebut ketika menggunakan bahasa. Anak menyimpulkan aturan bahasa dari sekitar data linguistik. Mereka belajar apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakan-nya melalui pajanan ulang bahasa alami.
·      Belajar bahasa secara luas dan langsung.  Anak-anak belajar bahasa lisan dengan memilih apa  yang mereka perlukan dan ingin mengetahui melalui mendengar, bertanya, berhipotesis, dan mencobakan bahasa untuk berkomunikasi
·      Meskipun kecepatan perkembangan bahasa berbeda, pengondisian belajar bahasa adalah penting.  Pada umumnya, kondisi keberhasilan anak belajar bahasa lisan dalam lingkungan bahasa itu digunakan, terlibat berpartisipasi aktif menyimak dan berbicara, mempunyai alasan pribadi untuk berbicara, dan menerima balikan dari orang lain tentang kompetensi komunikasi mereka.



Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan ke-  4 dan ke- 5
Keterampilan Berbahasa
-       ASPEK KETRAMPILAN BERBAHASA
1.      Ketrampilan menyimak (listening skills)
 Menyimak adalah suatu rentetan proses jasmaniah, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, menyimpan, dan menghubungkan penafsiran itu dengan seluruh pengetahuan dan pengalaman Bistok (Via Sutari, dkk, 1997:21)
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengar tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa kedua.Menyimak merupakan proses rohaniah.
2. Ketrampilan berbicara (speaking skills)
 Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Adapun Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.      
3.      Ketrampilan membaca (reading skills)
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
4.      Ketrampilan menulis (writing skills)
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan bertbahasa yang lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
a.      Kompetensi Inti
Sadar akan kewajiban dalam ibadah sehari dilingkungan keluarga dan sekolah
b.      Kompetesi Dasar
Menjalankan urutan tata cara ibadah yang disimpbolkan dengan gambar2
c.       Indikator
Memahami tata urutan kegiatan sholat melalui gambar
d.      Tujuan pembelajaran
o   dengan diberikan gambar tata urutan gambar sholat yang benar siswa dapat menirukan sesuai dengan gambar
o   Dengan diberikan gambar tata urutan sholat mampu berinteraksi dengan guru dan rekan rekannya dengan baik
e.       Materi Pembelajaran :
f.       Alokasi waktu
1× pertemuan 60 menit
g.      Metode pembelajaran
 Metode diskusi, tanya jawab, praktik
h.      Kegiatan pembelajaran
o   Pendahuluan :
- Guru mengucapkan salam
- Guru mengecek kehadiran  peserta didik
- Guru menjelaskan mengenai tema pembelajaran
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
o   Inti :
- Guru menempel gambar urutan tata cara sholat di papan tulis secara acak
- Siswa  diminta untuk mengmati gambar yang telah di tempel didepan papan tulis
- Guru mengintruksikan peserta didik untuk membuat kelompok
- Guru membantu peserta didik untuk membentuk kelompok, 1 kelompok berisi 4 siswa
- Setelah mengamati gambar, siswa diminta untuk mengurutkan tata cara sholat dengan benar
- Setelah tata cara urutan sudah benar siswa diminta untuk mengikuti gerakan sholat sesuai dengan gambar
- Secara bergantian guru meminta 1 kelompok maju kedepan untuk mempraktikan gerakan sholat dengan tepat

o   Penutup
- Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
- Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan
- Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
Hakikat Membaca dan Menulis
Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai olehs etiap individu. Tarigan (2008: 7)  membaca adalah proses yang dilakukan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan! yang hendak disampaikan olehpenulis melalui bahasa tulis. "omadyo (2011: 1! membaca merupakan interakti# untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam tertulis. dikatakan bahwa membaca merupakan proses yang dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan 'uriadi (2008: 2) membaca adalah proses yang melibatkan aktivitas dan mental. "alah satu aktivitas dalam membaca adalah saat pembaca menggerakkan mata sepanjang baris baris tulisan dalam sebuah teks Membaca melibatkan aktivitas mental yang dapat menjamin pemerolehan pemahaman menjadi maksimal. Membaca bukan hanya sekadar menggerakkan bolamata dari margin kiri ke kanan tetapi jauh dari itu yakni aktivitas berpikir memahami tulisan demi tulisan  membaca adalah kemampuan yangkompleks. membaca tidak hanya memandangi lambang lambang tertulis melainkan berupaya memahami makna lambang lambang tertulis tersebut.  membaca adalah aktivitas rumit yang melibatkan aktivitas visual! Berpikir psikolinguistik  dan metakogniti. membaca keterampilan yang lambat laun akan menjadi perilaku keseharian seseorang .membaca memiliki sikap tertentu! pada awal sebelum keterampilan membaca ini berdasarkan pengertian membaca yang dipaparkan di atas! Penulis sependapat bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulismelalui bahasa tulis. dengan membaca! pembaca memperoleh banyak Manfaat tersebut! yaitu dapat memperluas pengetahuannya dan menggali tertulis yang terdapat dalam bahan bacaan.
- Tujuan Membaca
Kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang tidak bertujuan. merumuskan sembilan alasan seseorang alasan tersebut adalah sebagai berikut.
a. untuk tertawa.
b. untuk menghidupkan kembali pengalaman pengalaman sehari hari.
c. untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain
d. untuk memuaskan kepenasaran khususnya kenapa orang berbuat dengan cara mereka
e. untuk menikmati situasi dramatik seolah olah mengalami sendiri.
f. untuk memperoleh in#ormasi tentang dunia yang kita tempati.
g. untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat*tempat yang pernah kita lihat.h. 4ntuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak dan memecahkan masalah terdapat 7 tujuan tersebut adalah sebagai berikut :


·         Memperoleh perincian perincian atau fakta
·         Memperoleh ide utama
·         Mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita
·         Membaca bertujuan untuk menyimpulkan isi yang terkandung dalam
·         Mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis bacaan
·         Membandingkan atau mempertentangkan isi bacaan dengan kehidupan


Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan  7
Teori belajar Bahaviorisme
Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan pada perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya yang bertujuan merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Watson tingkah laku siswa merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan, sedangkan menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan antara satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lain dalam mengembangkan respon, terakhir menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Dengan demikian teori behavioristic mengarah pada pembentukan tingkah laku yang lebih baik.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000: 143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
(Gage, Berliner, 1984).Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(1) Reinforcement and Punishment;
(2) Primary and Secondary Reinforcement;
 (3) Schedules of Reinforcement;
 (4) Contingency Management;
 (5) Stimulus Control in Operant Learning;
(6) The Elimination of Responses
Teori belajar sosial bandura
Teori belajar sosial (Social learning theory) dari Bandura, didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforce), dan pengaturan diri/berifikir (self-regulation/cognition).
1.      Determinis resiprokal: pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. 0rang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling­determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.
2.      Tanpa reinforsemen: Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung kepada reforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direnforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reforsemen penting dalam menen-tukan apakah suatu tingkahlaku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu­satunya pembentuk tingkahlaku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.
3.      Kognisi dan Regulasi diri: Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidak senangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur dixi sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkahlakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berfikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan, misalnya dengan menyirnpan pengalaman (dalam ingatan) dalam ujud verbal dan gambaran imaginasi untuk kepentingan tingkahlaku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imaginatif basil yang diinginkan pada masa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang.
                      
Sistem Self (Self System)
Tidak seperti Skinner yang teorinya tidak memiliki konstruk self, Bandura yakin bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan & kekuatan peramalan. Dengan kata lain, self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Saling determinis menempatkan semua hal saling berinteraksi, di mana pusat atau pemula­nya adalah sistem self. Sistem self itu bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi bagian dari sistem interaksi resiprokal.
Regulasi Diri
Manusia mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Balikannya dalam bentuk deteminis resiprokal berarti orang dapat mengatur sebagian clan tingkahlakunya sendiri. Menurut Bandura, akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi did. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang memotivasi dan membimbing tingkahlakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan ketisakseimbangan, agar dapat memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa Baja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan memanipulasi faktor eksternal, memonitor dan mengevaluasi tingkahlaku internal. Tingkahlaku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu.
Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, pertama; faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkahlaku. Faktor lingkungan bertinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evalusi diri orang itu. Melalui orang tua dan guru anak-anak belajar baik-buruk, tingkahlaku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas anak kemudian mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri.
Kedua: faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentukpenguatan(reinforcemenl). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan ekstemal. Standar tingkahlaku dan penguatan biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tingkahlaku tertentu, perlu ada penguatan agar tingkahlaku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan 1agi.
Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal (label 35):
1.      Observasi diri (self observation): dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantita penampilan, orisinalitas tingkahlaku dan seterusnya. Orang harus mampu memonitor performansinya, walaupun tidak sempurna karena orang cenderung memilih beberapa aspek dari tingkahlakunya dan mengabaikan tingkahlaku lainnya. Apa yang diobservasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya.
2.      Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgmental process): adalah melihat kesesuaian tingkahlaku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performansi. Standar pribadi bersumber dari pengalaman mengamati model misalnya orang tua atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari performansi diri. Berdasarkan sumber model dan performansi yang mendapat penguatan, proses kognitif menyusun ukuran-ukuran atau norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selalu sinkron dengan kenyataan. Standar pribadi ini jumlahnya terbatas. Sebagian besar aktivitas hams dinilai dengan membandingkannya dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar, perbandingan social, perbandingan dengan orang lain, atau perbandingan kolektif. Orang juga menilai suatu aktivitas berdasarkan anti penting dari aktivitas itu bagi dirinya. Akhirnya, orang juga menilai seberapa besar dirinya menjadi penyebab dari suatu performansi, apakah kepada diri sendiri dapati dikenai atribusi (penyebab) tercapainya suatu performansi, atau sebaliknya justru mendapat atribusi terjadinya kegagalan dan performansi yang buruk.
3.      Reaksi-diri-afektif (self response): akhirnya berdasarkan pengamaan dan judgment itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual.

Dampak Belajar
Setiap kali respon dibuat, akan diikuti dengan berbagai konsekuensi; ada yang konsekuensinya menyenangkan, ada yang tidak menyenangkan, ada yang tidak masuk kekesadaran sehingga dampaknya sangat kecil. Penguatan – baik positif maupun negatif – dampaknya tidak otomastis sejalan dengan konsekuensi respon. Konsekuensi dari suatu respon mempunyai tiga fungsi:
1.      Pemberi informasi: memberi informasi mengenai dampak dari tingkahlaku, informasi ini dapat disimpan untuk dipakai membimbing tingkahlaku pada masa yang akan datang.
2.      Memotivasi tingkahlaku yang akan datang: Menyajikan data sehingga or­ang dapat membayangkan secara simbolik hasil tingkahlaku yang akan dilakukannya, dan bertingkahlaku sesuai dengan peramalan-peramalan yang dilakukannya. Dengan kata lain, tingkahlaku ditentukan atau dimotivasi oleh masa yang akan datang, di mana pemahaman mengenai apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang itu diperoleh dari pemahaman mengenai konsekuensi suatu tingkahlaku.
3.      Penguat tingkahlaku: Keberhasilan akan menjadi penguat sehingga tingkahlaku menjadi berpeluang diulangi, sebaliknya kegagalan akan membuat tingkahlaku cenderung tidak diulang.



Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan  ke- 8
METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS TINGGI

A. PENGERTIAN METODE
Dalam KBBI (2001: 740) metode yaitu cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Selain itu, juga didefanisikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pembelajaran bahasa indonesia metode diartikan sebagai sisitem perencanaan pembelajaran bahasa indonesia secara menyeluruh untuk memilih, mengorganisasikan, dan meyajikan materi pelajaran bahasa indonesia secara teratur.
Metode bersifat prosedural artinya, penerapan pembelajaran bahasa Indonesia harus dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur, bertahap yakni mulai perencanaan pembelajaran, penyajian sampai dengan penilaian dan hasil belajar.

B. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
1. Persamaan dan perbadaan antar sistem bahasa pertama siswa dengan bahasa kedua yang mereka pelajari.
2. Usia siswa pada saat mereka belajar bahasa indonesia
3. Latar belakang sosial budaya siswa
4. Pengalaman, pengetahuan dan keterampilan berbahasa siswa dalam bahasa yang dipelajarinya yang sudah mereka punyai.
5. Pengetahuan dan keterampilan berbahasa guru dalam bahasa yang akan dipelajarinya:
1) Guru bahasa menguasai bahan ajar
2) Guru bahasa mampu mengelola program-program belajar mengajar bahasa indonesia
6. Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipelajari siswa dalam masyarakat tempat dimana mereka berada.
7. Tujuan pembelajaran yang di inginkan
8. Alokasi waktu yang tersedia untuk kegiatan pembelajaran
9. Metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa

C. JENIS-JENIS METODE DALAM BAHASA INDONESIA
1) Metode Audiolingual
Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Metode itu muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat. Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah (a) penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca, (b) peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan, (d) dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas, dan (e) pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.

2) Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan.
Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.

3) Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif.
Yang dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah pembaca.

4) Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat.
Siswa diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.

5) Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau
fasilitator.
Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,
pandai berperan sebagai moderator dan kreatif. Konteks siswa menjadi
tumpuan utama.

6) Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa.
Berikut langkah-langkah metode membaca:
(1) pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat
(2) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit (untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya)
(3) Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab
(4) Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu oleh guru
(5) Pembicaraan kosakata yang relevan
(6) Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.

7) Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, konkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
8) Metode Kuantum
Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung.
Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.

9) Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang ingin diperolah melalui kerja kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya.

10) Metode Alamiah
Metode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau “customary method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang sesungguhnya sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia.
Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar, kemudian berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang. Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan selanjutnya mulai diperkenalkan dengan membaca dan menulis.

11) Metode Terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.

12) Metode Pembatasan Bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.



Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan  9
STRATEGI PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menuliS, dan membaca.
Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan berbahasa tulis.
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Kegiatan menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut :
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran
2) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
                                                   
Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD, dapatlah dikemukakan beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan sebagai berikut :
1) Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
2) Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
3) Simak –Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
4) Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf lalu siswa menuliskan kalimat topiknya
5) Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sevuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
6) Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah
(1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya
(2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif
(3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
7) Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, strategi bermakna sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi dapat diartikan pula sebagai upaya untuk mensiasati agar tujuan suatu kegiatan dapat tercapai.
Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah menguasai berbagai metoda/teknik pembelajaran. ciri suatu metoda/teknik pembelajaran yang baik adalah :
a. mengundang rasa ingin tahu murid;
b. menantang murid untuk belajar;
c. memngaktifkan mental, fisik, dan psikis murid;
d. memudahkan guru;
e. mengembangkan kreativitas murid;
f. mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari.

Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada tabel berikut ini.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN MENYIMAK—BERBICARA
Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas tinggi dalam keterampilan menyimak berbicara berdasarkan strateginya adalah sebagai berikut :
¨  STRATEGI MENYIMAK DAN BERPIKIR LANGSUNG MBL / DLTA (Direct Listening Thinking Activities)
Pra Simak
Persiapan Menyimak :
Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah”.
Berdasarkan judul teresbut guru menanyakan kepada siswa misalnya: “Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah?”
Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan gambar rumah yang gelap.
Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
Saat Simak
Guru Membaca Nyaring :
Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup
Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Misalnya : “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dsb.”
Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi. Dan mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.
Pasca Simak
Refleksi :
Guru mengakhiri pembacaan cerita
selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh, tentang alur, seting dan sebagainya secara lisan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian
¨ STRATEGI PERTANYAAN JAWABAN (PJ)
Pra Simak
Guru mengemukakan judul bahan simakan
Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan
Saat Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
Pasca Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
Setelah materi simakan selesai dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau lisan).
¨ STRATEGI KEGIATAN MENYIMAK SECARA LANGSUNG/KML ATAU DLA (DIRECT LISTENING ACTIVITIES)
Pra Simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak
Saat Simak
Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
Pasca Simak
Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.


Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan  ke- 10
Jenis-jenis Media Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia
-          Media visual yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indra pengliatan misalnya media cetak seperti buku, jurnal, peta, gambar, dan lain sebagainya.
-          Media audio adalah jenis media yang digunakan hanya mengandalkan pendengaran saja, contohnya tape recorder, dan radio.
-          Audio Visual
Media audio visual merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Asyhar (2011: 45) mendefinisikan bahwa media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah film, video, program TV dan lain-lain. Contoh dari media audio-visual adalah program video/televisi pendidikan, video/televisi instruksional, dan program slide suara (sound slide). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Contoh media audio visual adalah film, video, program TV, slide suara (sound slide) dan lainlain.

Karakteristik Media Audio Visual :
Pembelajaran menggunakan teknologi audio visual adalah satu cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Arsyad (2011:31).
mengemukakan bahwa media audio visual memiliki karakteristik sebagai berikut.
a.       Mereka biasanya bersifat linear.
b.      Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.
c.       Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya.
d.      Mereka merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak.
e.       Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.
f.       Umumnya mereka berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.
Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audio visual. Arsyad (2011: 49−50) mengungkapkan beberapa kelebihan dan kelemahan media audio visual dalam pembelajaran sebagai berikut.
a. Kelebihan media audio visual:
1)        Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar siswa.
2)        Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika perlu.
3)        Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya.
4)        Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.
5)        Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung.
6)        Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun homogeny maupun perorangan.
7)        Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.

b. Kelemahan media audio visual:
1)        Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.
2)        Tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut.
3)        Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

Langkah-langkah Menggunakan Media Audio Visual
a.       Persiapan
Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat persiapan yaitu (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) mempelajari buku petunjuk penggunaan media, (3) menyiapkan dan mengatur peralatan media yang akan digunakan.
b.      Pelaksanaan/Penyajian
Pada saat melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual, guru perlu mempertimbangkan seperti (1) memastikan media dan semua peralatan telah lengkap dan siap digunakan, (2) menjelaskan tujuan yang akan dicapai, (3) menjelaskan materi pelajaran kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung, (4) menghindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu konsentrasi siswa.
c.       Tindak lanjut
Aktivitas ini dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan menggunakan media audio visual. Di samping itu aktivitas ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang bisa dilakukan di antaranya diskusi, observasi, eksperimen, latihan dan tes adaptasi dari Sumarno (2011, Blog.elearning-unesa.ac.id).

- Permainan Bahasa

Salah satu jenis media yang banyak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia adalah media bentuk permainan. Permainan yang digunakan untuk melatih keterampilan berbahasa disebut permainan bahasa. Penggunaan permainan bahasa dalam proses belajar mengajar akan menghilangkan rasa bosan dan jenuh pada peserta didik dibandingkan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran. Permainan juga dapat memperkaya pengalaman belajar yang berguna dan berharga jika dibandingkan dengan pembelajarn tanpa menggunakan media. Ismail (2006: 18-19) mengungkapkan bahwa “dengan bermain dapat memberikan berbagai manfaat yaitu sebagai sarana bermasyarakat, mengenal kekuatan sendiri, memperoleh kesempatan mengembangkan fantasi, melatih untuk menempa emosi, memperoleh kesenangan, dan kepuasan serta melatih diri untuk mentaati peraturan yang berlaku”.
Permainan bahasa itu sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan. Sadiman (2006:78) menyebutkan kelebihan permainan sebagai berikut.
1)             Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur
2)             Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari peserta didik untuk belajar
3)             Permainan dapat memberikan umpan balik langsung. Umpan balik yang secepatnya atas apa yang kita lakukan akan memungkinkan proses belajar jadi lebih aktif
4)             Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peranperan ke dalam situasi dan penerapan yang sebenarnya di masyarakat
5)             Bersifat luwes. Permainan dapat dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit-sedikit alat, aturan maupun persoalannya
6)             Dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.

Sebagaimana halnya media-media yang lain, permainan memiliki elemahan atau keterbatasan yang patut untuk dipertimbangkan seperti yang diungkapkan oleh Sadiman (2011:80-81)
1)      Karena asyik, atau karena belum mengenai aturan atau teknis pelaksanaan
2)      Dalam mensimulasikan situasi sosial, permainan cenderung terlalu menyederhanakan konteks sosialnya sehingga siswa justru memperoleh kesan yang salah
3)      Kebanyakan permainan hanya melibatkan beberapa orang siswa saja padahal keterlibatan seluruh siswa atau warga belajar amatlah penting agar proses belajar bisa lebih efektif dan efisien.
Salah satu permainan bahasa yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis adalah silang datar. Media permainan bahasa silang datar merupakan media permainan dengan cara mencari kata dari sekumpulan hurufhuruf. Soeparno (1980:70) menyebutkan “silang datar adalah salah satu permainan untuk menemukan kata-kata dalam kotak-kotak yang disusun secara acak yang dapat dibaca secara vertikal maupun horisontal.” Permainan ini berfungsi untuk melatih kosakata siswa. Permainan ini dilakukan secara tertulis, sehingga dapat bermanfaat untuk melatih ejaan dan keterampilan menulis siswa. Media ini hampir mirip dengan TTS namun, pada silang datar kita dapat mengisi kotak-kotak yang telah tersedia sesuka hati kita, sedangkan pada TTS kotak-kotak isian tersebut haruslah jawaban dari pertanyaan atau soal yang telah tersedia. Selain itu, dalam permainan bahasa silang datar telah disediakan jawaban pertanyaan yang diletakkan diantara huruf-huruf lain yang berfungsi sebagai pengecoh. Oleh karena itu, dibutuhkan kejelian untuk menemukan jawaban dari huruf-huruf tersebut agar menjadi sebuah kata. Permainan ini juga mirip dengan scrabble. Dalam permainan sekerebel menaruhkan kepingan papan atau plastic dan menyusunnya menjadi suatu kata, sedangkan silang datar menuliskan huruf sehingga membentuk suatu kata.

Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan  11
1.      Media Visual
a.       Pengertian media visual
Di dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal media pembelajaran, media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan- pesan pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan.kemudian media dapat di bagi dalam berbagai macam,saah satuny adalah media visual. Media visual merupakan penyampaian pesan atau informasi secara teknik dan kreatif yang mana menampilkan gambar, grafik serta tata dan letaknya jelas,sehingga peneria pesan dan gagasan dapat diterima sasaran.
Apabila dikaitkan antara media visual dan pembelajaran maka pembelajaran itu akan menarik, efektif dan efesien apabila menggunakan media visual sebagai sebagai media pembelajaran nya.dipilih media visual karena kita harus ingat bahwa peserta didik khususya nak-anak terutama siswa sekolah dasar karena mereka masih berfikir konkrit, semua yang guru utarakan atau sampaikan harus mereka buktikan sendiri dengan mata mereka, kemudia media visual merupakansumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang di buat secara menarikdalam bentuk kombinasi gambar,teks,gerak dan animasi yang di sesuaikan dengan usia peserta didik yang dapat menarik peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran akan menyenangka dan tidak menjenuhkan.
b.      Manfaat media visual
Manfaat media visual dalam pembelajaran sebagai berikut:
1)      Media visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda tergantung dari factor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak,seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong,dan sebagainya.media pembelajaran dapat mengatasi hal tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari.maka obyeknyalah yang di bawa ke peserta didik. Obyek yang di mkasud bias dalam bentuk nyata, miniature,model, maupun bentuk gambar-gambaryang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2)      Media visual memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
3)      Media visual dapat menanamkan konsep dasar,yang benar ,konkrit dan realistiskan.
4)      Media visual membangkiktan .keinginan dan minat baru
5)      Media visual akan mengakibatkan perubahan efektif ,kognitif dan psikomotorik
6)      Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Dengan demikian media visual sangatlah berperan penting dalam proses belajar mengajar.karena media visual memiliki peran yaitu memudahkan dalam penyampaian materi kepada peserta didik .peserta didik akan terbantu dalam memahami materi yang komplek. Pemanfaatan media visual juga berperan bagi peserta didik.

c.       Prinsip-prinsip pemilihan media visual
Seperti yang telah di jelaskan diatas, media visualh sangat banyak manfaat serta fungsi apalagi media berbasis visual. Kita harus ingat bahwa manusia,khususnya siswa dapat menyerap suatu materi apabila materi yang diberikan dikemas dalam bentuk yang menarik dan mengesankan, sehingga materi yang mereka simak akan terus teringat-ingat di benak mereka.untuk itu,hadirkanlah media khususnya media visual dalam jenjang pendidikan trtentu,contohnya sekolah dasar, dengan maksud supaya pembelajaran menjadi lebih bermakana dan menarik serta tetap menguat system PAKEM (pembelajaran masa aktif kreatif , efektif ,dan, menyenangkan)
Supaya pembelajaran dapat bermakna, bukan hdi hanya media yang menjadi factor pendukungnya. Tetapi peranan guru atau pendidik sebagai motivator atau fasilitatorpun menjadi factor yang sangat penting, karena pendidik harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk dapat menumbuh kembangkan kreativitas siswa sehingga aka terasa kebermaknaan nya suatu pembelajaran.serta guru harus menguasai betul bagaimana menerapkan media yang sesuai.
Secara garis besar prinsip pemilihan media visual di kategorikan sebagai berikut :
1)      Ketepatan dalam pemilihan media visual,dimana menyebabkan proses pembelajaran menjadi lancer dan materi yang disamapaikan dapat dipahami oleh peserta didik
2)      Buatlah media visual agar efektif yaitu bentuk media visual dibuat sesederhan mungkin agar mudah di pahami.
3)      Media visual yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4)      Medi visual harus bersifat fleksibel, sehingga tidak menyulitkan peserta didik dalam memahami materi
5)      Gunakan gambar untuk membedakan dua konsep yang berbeda
6)      Keterangan gambar harus dicantumkan secara garis besar dan penggunaan warna harus realistic

d.      kelebihan dan kekurangan media visual
Seperti kita ketahui, media merupakan alat yang menhubungkan kita dengan dunia luar. Tanpa media, kita akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang terjadi di sekeliling kita. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa media adalah sumber informasi utama bagi semua orang di dunia. Namun setiap media tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satunya yaitu media visual.
kekurangan dan kelebihan media visual dapat di kategorikan sebagai berikut:Kelebihan media visual:
1)      Repeatable, dapat dibaca berkali-kali denga menyimpannya atau mengelipingnya.
2)      Analisa lebih tajam,dapat membuat orang benar-benr mengerti isi berita dengan analisa yng lebih mendalam dan dapt membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.

Kekurangan media visual :
1)      Lambat, dan kurang praktis
2)       Tidak adanya udio, media visual hanya berbentuk tulisan tentu tidak dapat didengar .sehingga kurang mendetail materi yang disampaikan.
3)      Visual yang terbatas, media ini hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili isi berita.
4)       Produksi, biaya produksi cukup mahal karena media cetak harus menyetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati oleh masyarakat.

e.       Macam-macam media visual
1)      Media yang tidak diproyeksikan
a)      Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
b)      Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan
.
c)      Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:
1.      gambar / foto: paling umum digunakan
2.      sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.
3.       diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.
4.      bagan / chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.
5.      grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.

d)     Media proyeksi
1.      Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP).
2.      Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu
Membuat sendiri secara manual
3.      Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.
Penggunaan media visual dalam proses belajar mengajar
Kehidupan seorang siswa di lingkungan sekolah, maupun kehidupan seorng mahasiswa dilingkungan perguruan tinggi. Disatu sisi tampak nya merupakan salah satu bagian suatu kehidupan yang sangat menyenangkan, tapi mungkin pula menjadi hal yang sangat mencemaskan.setiap hari merek dapat belajar dengan bebas, mengikuti kegiatan belajar dikelas,belajar diperpustakaan ,dan lain- lain yang semuanya merupakan masukan bagi perkembangan pengetahuannya.
Dilain sisi siswa atau mahasiswa juga dituntut menyelesaikan seluruh tugas sekolah maupaun kuliah, yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar.hal yang menjdi kendala bagi mereka apabila pelajaran yang diterimanya itu sulit untuk dipahami, mungkin karena dalam proses beljar mengajar tersebut kurang menarik,membosankan, materi yang diberikan bersifat monoton, sehingga hal ini menjadi masalah yang serius untuk membuka jalan penyelesaian ,baik bagi guru dilingkungn sekolah maupun di perguruan tinggi.
Hal ini jelas dirasakan siswa / murid karena kenyataan sekarang adalah sangat langka guru yang menggunakan media pembelajaran didala melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar, padahal salah satu konsep kunci operasional pembelajaran yang harus di hayati oleh seorang guru atau pendidik adalah bagaimana cara mendesain pembelajaran agar dapat berjalan seefektif dan seefesien mungkin untuk mencapai tujuan (porwanto, 1989: 15).persoalan ini tampak kelihatan mudah, tapi sesungguhnya merupakan kegiatan yang sulit. Sebab membutuhkan profesionalisme dan penghayatan yng seksama menyangkut aspek- aspek kompetensi belajar dan mengajar.
Guru dituntut bersikap profesionalisme dan kompetensi dalam pembelajaran, sebab gurulah yang menjadi kunci yang menentukan arah, proses dan aktivitas pembeljaran itu (slameto, 1997: 25).sementara itu kualitas dan kuantitas pendidikan sampai saat ini masih tetap merupakan bahan perbincangan sebagai pencerminan dari kondisi pendidikan kita saat ini yang fenomenal dan problematic. Keduanya merupakan sasaran usaha pembaharuan atau reformasi pendidikan nasional. Betapa tidak, kedua masalh tersebut sulit di tangani secara tuntas, sebab terkait dengan variable lain sebagaimana yang di sebutkan diatas.disamping itu terjadinya krisis dimensional yang melanda kehidupan berbangsa, yang sedikit bermuara pada penurunan kualitas pendidikan.
Karena itu tidak heran kalau masalah pendidikan tidak pernah tuntas dimanapun, bahkan dinegara-negara maju sekalipun.
Diantara komponen pembelajaran yang sering berbenturan dengan persoalan –persoalan pendidikan adalah guru dalam kaitannya dengan tugas,mengola interaksi dalam proses belajar mengajar termasuk segala system yang mengikat untuk bagaimana proses belajar mengajar dapat membawa hasil maksimal sebagai mana yang di inginkan.Salah satu jalan yang di tempuh alah dengan menggunakan berbagai media pembelajran dalam proses belajar mengajar, baik media audio maupun media visual dan lain-lain yang dapat menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang baik.

f.       Media Audio
1.      Pengertian Media Audio
Menurut Sadiman, Media audio adalah media untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk lambang – lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata–kata atau bahasa lisan) maupun non verbal.
Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indra pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound effect.
Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai media audio untuk pengajaran adalah bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara, atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa Media audio adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan verbal maupun non verbal, dimana fokus pada aspek pendengaran sebagai penangkap informasi. Kegiatannya meliputi beberapa unsur. Diantaranya:
1)      Mendengarkan: merupakan proses fisiologis otomatik penerimaan rangsangan pendengaran.
2)       Memperhatikan: memusatkan kesadaran kita pada rangsangan khusus tertentu.
3)       Memahami: sebagai proses pemberian makna pada kata yang kita dengar.
4)       Mengingat: menyimpan informasi untuk diperoleh kembali.

Media audio disamping dapat menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, juga dapat digunakan untuk:
1)      Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar.
2)      Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi.
3)       Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa.
4)       Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.

2.      Contoh Media Audio
Setelah mempelajari pengertian media audio, karakteristik media audio, berikut ini kami uraikan contoh-contoh media audio untuk pembelajaran.
a.       Phonograph (Gramaphone)
Alat rekam ini menggunakan cakram datar yang disebut gramafon (gramaphone), yang kemudian dikenal dengan nama piringan hitam (record). Sudah ada sejak tahun 1948 dan berkembang di Indonesia. Piringan hitam ini, mampu merekam berbagai macam suara mulai dari ucapan kata-kata, suara badai, kicau burung, music simponi,dll. Cara kerja piringan hitam sama saja disemua alat pemutarnya, dengan menggunakan stylus, yang berbentuk seperti jarum yang berada di pinggiran piringan hitam. Stylus itu berfungsi untuk mencatat simpangan gelombangsuara yang direkam di piringan hitam dan kemudian meneruskannya ke alat pengeras suara. Alat ini cocok digunakan untuk music, drama, puisi, dongeng, tutur cerita dan sebagainya Kelebihannya: piringan hitam tidak mudah rusak dan suara yang direkam bagus. Selama platnya tidak baret-baret, sebuah piringan hitam tidak akan bermasalah, di era modern ini piringan hitam menjadi barang antik yang mahal. Kekurangannya: dari segi fisik, piringan hitam besar dan agak berat, beratnya kira-kira 90-200 gram, tidak praktis untuk dibawa kemana-mana.

b.      Compact Disk (CD)
Inovasi secara revolusioner di dunia audio rekam terjadi pada tahun 1979, yakni lahirnya compact disc (CD) sebagai hasil percampuran computer dan tenaga laser. Compact Disc atau cakram padat adalah sebuah piringan optical yang digunakan untuk menyimpan data secara digital. Teknologi cakram padat kemudian diadopsi untuk digunakan sebagai alat penyimpan data yang dikenal sebagai CD-ROM.
Keunggulan CD adalah bentuknya yang sangat simpel dan ringkas, kualitas suaranya yang jernih, kemampuan merekam yang hebat, dapat merekam hingga lebih dari 700 mega byte, selain itu perawatannya juga mudah. Prinsip dasar perawatannya sama seperti piringan hitam, selama tidak baret-baret CD itu akan baik-baik saja. CD juga dapat tahan dalam penggunaan berulang, dan Mutu suara dapat diperbaiki karena musik direkam secara digital. Data dari CD dapat dipindahkan ke media lain seperti computer kemudian dipindahkan ke Ipod. Kekurangannya: permukaan CD lebih mudah tergores jika tidak hati-hati. Dan kalau sudah tergores optikal unitnya tidak bisa membaca CD, sehingga kerjanya tidak optimal.

c.       Alat perekam pita magnetik
Alat perekam pita magnetik atau kaset tape recorder adalah media yang menyajikan pesannya melalui proses perekaman kaset audio. Tidak seperti radio yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai alat pemancarnya.
Kelebihan alat perekam pita magnetik:
a.          Mempunyai fungsi ganda yang efektif
b.         Pita rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume.
c.          Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya bisa dipakai lagi.
d.         Pita rekaman dapat dipakai sesuai jadwal yang ada.
e.          Dapat menyajikan kegiatan-kegiatan di luar sekolah.
f.          Rekaman dapat digandakan untuk keperluan perorangan.
g.         Dapat menimbulkan beberapa kegiatan, diskusi, dramatisasi dan lain-lain.
h.          Dapat memberikan efisiensi dalam pengajaran bahasa
i.           Pengoperasian tape recorder relatif mudah.

Kelemahan alat perekam pita magnetik:
1.      Daya jangkauannya terbatas
2.      Biaya penggandaan alatnya relatif lebih mahal dibanding radio
3.      Pita kaset suara memiliki kekuatan terbatas
4.      Radio
      Radio adalah media audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Penyiar secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui microfon yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang elektromagnetik tersebut.
Kelebihan Media Radio:
1.      Jangkauannya sangat luas
2.      Harganya relatif terjangkau dan mudah didapat
3.      Memiliki variasi program cukup banyak
4.      Jika didengarkan sendirian, siaran radio laksana seorang teman
5.      Bersifat mobile
6.      Baik untuk mengembangkan imajinasi siswa
7.      Dapat lebih memusatkan perhatian siswa terhadap kata, kalimat, atau musik, sehingga sangat cocok digunakan untuk pengajaran bahasa.

Kelemahan Media Radio:
1.                        Sifat komunikasinya hanya satu arah
2.                        Jika siarannya monoton akan lebih cepat membosankan siswa untuk mendengarkannya
3.                        Program siarannya selintas, sehingga tidak bisa diulang-ulang dan disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa secara individual.
4.                        Laboratorium Bahasa

Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yang dipakai adalah alat perekam.

Di laboratorium bahasa murid duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa mendengar suara guru yang duduk di ruang kontrol lewat headphone. Pada saat siswa menirukan ucapan guru dia juga mendengar ucapannya sendiri lewat headphone, sehingga dia bisa membandingkan ucapannya dengan ucapan guru. Dengan demikian ia bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.

Kelebihan media ini lebih canggih. Kekurangannya terletak pada keterbatasan dari segi peralatan, perawatan dan pengadaan media ini karena relatif lebih mahal. Laboratorium bahasa digunakan tidak hanya 1 kelas saja melainkan semua siswa di sekolah, jadi harus memerlukan perawatan extra.

3.      Media Audio Visual
Sejalan dengan pendapat di atas, AECT (Association For Education Communication Technology) dalam Arsyad mendefinisikan bahwa “ media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi” (Arsyad,2002:11).
“Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar” (Rohani, 1997: 97-98).
Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
1.      Bentuk-bentuk Media Audio Visual
Berbicara mengenai bentuk media, disini media memiliki bentuk yang bervariasi sebagaiman dikemukakan oleh tokoh pendidikan, baik dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar siswa, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi bentuk dan jenisnya.
Dalam pembahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk media audio visual yang dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas yaitu:
Media audio visual gerak contoh, televisi, video tape, film dan media audio pada umumnaya seperti kaset program, piringan, dan sebagainya.
a)      Media audio visual diam contoh, filmastip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.
b)      Media audio semi gerak contoh, telewriter, mose, dan media board.
c)      Media visual gerak contoh, film bisu
d)     Media visual diam contoh microfon, gambar, dan grafis, peta globe, bagan, dan sebagainya
e)      Media seni gerak
f)       Media audio contoh, radio, telepon, tape, disk dan sebagainya
g)      Media cetak contoh, televisi (Soedjarwono, 1997: 175).

Hal tersebut di atas adalah merupakan gambaran media sebagai sumber belajar, memberikan suatu alternatif dalam memilih dan mengguanakan media pengajar sesuai dengan karakteristik siswa. Media sebagai alat bantu mengajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audio visual. Ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan rumusan tujuan instruksional dan tentu saja dengan guru itu sendiri.

4.      Permainan Bahasa
Ada beberapa macam permainan yang dapat diguanakan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia. Beberapa contoh diantaranya sebagai berikut:
a.       Bisik berantai; Permainan ini dilakukan dengan cara setiap siswa harus membisikkan suatu kata (untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita (untuk kelas tinggi) kepada pemain berikutnya. Terus berurut sampai pemain terakhir. Pemain terakhir harus mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikkan. Betul atau salah? Bila salah. Dimana atau siapa yang melakukan kesalahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara berkelompok. Permainan ini melatih keterampilan menyimak atau mendengarkan
b.      Kim Lihat (lihat katakan); Sediakan beberapa benda atau sayuran, atau buah-buhan dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok, seorang siswa anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak. Setelah dilihat jelas, siswa tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada kelomponya, baik ciri-cirinya, rasanya, warnanya atau apa saja yang dapat dilihatnya. Anggota kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling cepat dan paling banyak mengambil benda dalam kotak itulah yang menang. Permainan ini untuk melatih keterampilan berbicara dan menyimak
c.       Aku seorang detektif; Permainan ini dilakukan berpasangan. Seorang siswa menjadi ditektif, seorang lagi menjadi informan. Informan harus menentukan-memilih salah seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh ditektif. Ia harus memberi keterangan secara tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang akan dicari ditektif. Ditektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka siapa yang menjadi target pencarian di kelas itu. Setelah selesai posisi diubah, yang tadinya informan menjadi ditektif dan tadinya ditektif menjadi informan. Permainan dapat difariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto atau gmbar dari koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca dan menulis
d.      Bertanya dan menerka; para siswa dibagi dua kelompok. Kelompok satu sebagai penjawab dan kelompok kedua sebagai penannya. Kelompok penjawab harus menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompok penannya dengan cara memberi pertanyaan yang mengarah kepada benda yang harus diterka. Setiap anggota kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan kepada kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya boleh menjawab ”ya” atau ”tidak”. Setelah seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding dari hasil jawaban penjawab, benda apa yang disembunyikannya itu. Bila dapat diterka, maka kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk melatih berbicara dan berpikir analitis
e.       Baca lakukan. Permainan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa membaca. Dilakukan berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru, pasangan harus melakukan apa yang diperintahkan dalam bacaan. Perhatikan Misalnya saya harus merunduk. Saya memegang lutut kiri. Saya menari sambil memegang kepala. Guru memperhatikan beberapa perintah yang dilaksanakan dengan benar dan apakah pembaca membaca perintah dengan benar. Permainan dilakukan bergantian. Permainan ini untuk melatih membaca dan menyimak.
f.       Bermain telepon. Permainan ini untuk kelas rendah. Siswa secara berpasangan harus mempersiapkan alat untuk menelpon, baik telepon biasa maupun telepon genggam. Siswa harus menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran yang dibawa besok hari. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali kalau terhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan cara siswa mengungkapkan gagasan dan kalau perlu cara pelafalan yang benar. Permainan ini untuk melatih berbicara.
g.      Meloncat bulatan kata. Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira sebesar piring. Tulislah nama-nama susuna keluarga, misalnya; ayah, ibu, kakak, adik. Pasanglah bulatan kata itu di lantai. Bentuklah siswa menjadi beberapa kelompok. Seluruh siswa setiap kelompok meloncati bulatan kata yang diucapkan kelompok lain atau guru. Misalnya loncat ke kakak, loncat ke ibu, loncat ke adik. Dengan demikian, setiap anak membaca bulatan untuk diinjak. Lebih meningkat lagi, bulatan kata bisa dalam bentuk yang lebih sulit, misalnya kata yang bila digabung menjadi kalimat. Kata dalam bulatan disebar di lantai dan memungkinkan dapat menyusun beberapa kalimat bila diloncati dengan benar. Misalnya: Ayah pergi ke pasar. Ayah membawa buku. Jadi siswa harus loncat ke ayah, pergi ke dan pasar. Permainan ini untuk membaca permulaan.


Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan ke- 12
  1. Pengertian Evaluasi atau Asessmen
Evaluasi adalah proses melakukan pertimbangan nilai tentang sesuatu (produk, kinerja, tujuan, proses, prosedur, program pendekatan, fungsi). Evaluasi Belajar dan Kemampuan (dapat menghasilkan kelulusan). Evaluasi sering menggunakan asesmen.
Asesmen adalah proses untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan pada evaluasi. Asesmen atau penilaian merupakan tahapan dalam proses belajar mengajar yang relatif cukup rumit pelaksanaannya. Penilaian sering diterjemahkan dari dua istilah asing yang sebenarnya memiliki makna berbeda. Dua istilah tersebut adalah evaluation dan assessment. Assessment merupakan proses pengumpulan dan diskusi tentang informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, dalam rangka mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang apa yang sudah diketahui dan dipahami oleh mahasiswa, dan apa yang dapat mereka lakukan dengan pengetahuan dan pemahamannya itu sebagai hasil dari pengalaman belajar yang mereka peroleh. Melalui Assessment dapat ditentukan seberapa jauh kemajuan belajar mahasiswa. Melalui assessment dapat diketahui capaian competency level melalui program-program yang mereka tempuh dan memungkinkan bagi mereka untuk menunjukkan capaian standar sebagaimana yang telah ditetapkan. Assessment lebih bermakna sebagai penilaian yang dilakukan untuk memberikan ‘ grade’ baik secara numeric (misalnya skala 100 atau skala 5), abjad (A – F), dan deskripsi, baik yang menyangkut order seperti sangat baik, baik, cukup, kurang dan sebagainya atau yang bersifat dikotomi seperti kompeten atau tidak kompeten.
Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
  1. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran
A. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1. Evaluasi diagnostic
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi penempatan
Eva;uasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4. Evaluasi formatif
5. Evaluasi formatif
  1. Assesmen Bahasa Indonesia
Menurut Robert M Smith (2002) “Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis “Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
Sasaran Asesmen
 Bagian-bagian yang dikenal bsebagai komponen kebahasaan terdiri atas bunyi bahasa, kosa kata dan tata bahasa. Sedangkan keterampilan berbahasa secara konvensional terdiri dari kemampuan berbahasa lisan yang meliputi menyimak dan berbicara, dan kemampuan berbahasa tulis yang meliputi kemampuan membaca dan menulis.  Jadi secara umum sasaran asesmen dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi 2 kelompok. Pertama, komponen berbahasa yang terdiri dari bunyi bahasa, kosa kata dan tata bahasa. Kedua, kemampuan berbahasa terdiri kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.


Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan ke- 13
I.                   Contoh materi evaluasi atau asesmen ABK
Dibawah ini contoh asesmen ketrampilan menulis :
Dalam melakukan suatu proses pengukuran terhadap siswa dalam melakukan aktivitas menulis, untuk diketahui ketrampilan yang sudah dimiliki dan hambatan yang dialami dalam melakukan aktivitas   menulis ruang lingkup ketrampilan menulis bertujuan untuk mengetahui penguasaan ketrampilan seseorang di dalam  menuangkan gagasan kedalam aktivitas menulis baik dalam aspek kelancaran kosakata struktur dan isi. Ruang lingkup ketrampilan menulis permulaan.
  1. Ketrampilan Pra – menulis : meraih, meraba dan memegang, melepas benda,mencari perbedaan dan persamaan berbagai benda , bentuk,warna, bangun dan posisi.
  2. Ketrampilan Menulis : memegang alat tulis, menggerakkan alat tulis ke atas dan ke bawah, menggerakkan alat tulis kekiri dan kekanan, menggerakkan alat tulis kekiri dan kekanan, menggerakkan alat tulis melingkar, menyalin huruf, menyalin namanya sendiri dengan huruf balok, menyalin huruf balok dari jarak jauh, menyalin huruf, kata dan kalimat dengan tulisan bersambung, menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh.
  3. Ketrampilan Mengeja : mengeja huruf abjad, mengenal kata, mengucapkan kata yang diketahuinya, Mengenal persamaan dan perbedaan konfigurasi kata, Membedakan bunyi pada kosa kata      Mengasosiasikan bunyi dengan huruf , Mengeja kata, Menuliskan kata dengan ejaan yang benar.


Resume RPS Bahasa Indonesia Pertemuan ke- 15
I.                   Model Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

II.                Quantum Learning
Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning ini berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi DePorter. Dia perintis, pencetus dan pengembang utama Quantum Learning. Sejak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum Learning di SuperCamp. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon dan Sarah Singer Nouric, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicoba gagasan-gagasan Quantum Learning kepada para remaja di SuperCamp salama tahuan awal 1980-an.  DePorter menjelaskan bahwa metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 2.500 siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp. Prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning ini dibentuk di SuperCamp. Tujuan dari pembelajaran ini yaitu untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan, untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak,untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir, dan untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran
III.             Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.  Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.
Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.[5]
IV.             Pembelajaran Interaktif
Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.
Menurut Syah (1998) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Dalam proses mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesmpatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif.  Berikut ini saya berikan 32 jenis model pembelajaran beserta langkah-langkah pembelajarannya, anda mungkin bisa memilih dan mencobanya disesuaikan dengan materi pelajaran.
V.                Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (MI)
Menurut Gardner inteligensi bukanlah kemampuan seseorang yang sudah ada sejak lahir dan tetap sepanjang hidup, sehingga tidak dapat dikembangkan. Dalam diri seseorang setidaknya terdapat sembilan jenis inteligensi, yaitu 1) kecerdasan linguistik, 2) matematis logis, 3) spasial, 4) ki nesteti k jasmani, 5) musi kal, 6) interpersonal, 7) intrapersonal, 8) ekstensial, dan 9) kecerdasan naturalis.
Dengan mengetahui bahwa terdapat lebih dari satu jenis kecerdasan maka strategi yang tepat bagi setiap orang dalam mengembangkan potensi dirinya adalah dengan berupaya mengetahui jenis-jenis kecerdasan yang memberikan peluang terbesar untuk dikembangkan. Pada hakikatnya, pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) adalah suatu upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap individu (siswa) untuk mencapai kompetensi tertentu dengan cara mengkombinasikan berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.
VI.              Program individu
Program individu merupakan sebuah program yang ditujukan untuk para pelajar dalam menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dalam kegiatan pembelajaran. Tugas yang diberikan dapat berupa analisis, makalah ataupun jurnal.
VII.          Akselerasi 
Akselerasi menurut kamus besar b.indonesia adalah percepatan, peningkatan kecepatan, laju perubahan kecepatan. Menurut E.Mulyasa (2003:161) akselerasi adalah belajar dimungkinkan untuk diterapkan sehingga siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dapat menyelesaikan pelajarannya lebih cepat dari masa belajar yang telah ditentukan. Jadi kelas akselerasi adalah kelas yang diperuntukan bagi siswa yang belajarnya dipercepat sesuai dengan tingkat pemahaman materisehingga ia dapat menempuh waktu studinya lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan pada kelas biasa.
Pembelajaran: Kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Belajar akselerasi adalah belajar yang dilakukan dengan waktu lebih pendek tanpa mengurangi materi yang seharusnya dipelajari. Trianto Southern dan Jones dalam Akbar (2004: 7) menyebutkan keuntungan dari penyelenggaraan program kelas akselerasi bagi anak berbakat, antara lain:
  1. Meningkatkan efisiensi . Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat akan belajar lebih baik dan efisien.
  2. Meningkatkan efektivitas. Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.
  3. Penghargaan. Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
  4. Meningkatkan waktu untuk karier. Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.
  5. Membuka siswa pada kelompok barunya. Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
  6. Ekonomis. Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.

VIII.                   PAKEM

Pakem yang merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multimedia, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan atau wawancara)
PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.


Komentar

Postingan Populer